Kamis, 11 September 2008

Rakyat dan Penguasa

Sejatinya, penguasa dan rakyat bukanlah dua pihak yang saling berhadap-hadapan. Mengutip Entile Durkheim, "adanya sesuatu, karena adanya sesuatu". Penguasa ada lantaran ada rakyat yang secara sadar menyerahkan pengaturan interaksi, pemeliharaan kemaslahatan, dan perlindungan.
Namun, sebagian besar rakyat yang ada disekitar kita hari ini hanyalah manusia sederhana. Rakyat kita bukanlah sosok yang memiliki kemampuan membaca peristiwa dibalik peristiwa, peristiwa di balik tembok raksasa atau melihat raut wajah buram di balik sebuah tabir seperti yang diutarakan Irving Goodmand dalam paradigma teorinya " Drama Turgie ".
Rakyat kita juga bukanlah politisi yang sadar akan terpeliharanya urusan dan kemaslahatannya kapan saja dan di mana saja. Sebagian besar rakyat kita hanyalah manusia yang mudah terseret oleh pemenuhan kebutuhan sesaat yang membutuhkan pemuasan secepatnya.
Sebaliknya penguasa kita hari ini bukanlah penguasa seperti dalam pandangan teologis. Penguasa kita juga bukanlah aristokrasi para cendekia seperti yang diungkapkan Plato. Penguasa yang ada di sekitar kita hari ini tak jauh panggang dari api dengan penguasa prototipe Niccollo Machiavelli: penguasa yang memiliki sifat penuh ambisi, senang intrik dan keji.
Seorang penguasa yang boleh melakukan apa saja dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan dan melanggengkan kekuasaan. Penguasa yang tak segan malih rupa menjadi apapun yang mereka inginkan. Pebisnis yang mencari untung sendiri, diktator yang memaksakan kepentingannya diatas kepentingan umat
serta makelar penjual kemiskinan rakyatnya. Penguasa yang hanya membutuhkan rakyat sebagai objek, bukan subjek. Penguasa yang sibuk dengan problem dirinya sendiri, dan jarang memahami bahwa kekuasaannya sangat bergantung pada rakyat.
Rakyat dan penguasa kita hari ini memang laksana dua kutub yang berseberangan. Namun sejarah membuktikan, tidak ada penguasa yang bertahan lama ketika mencari untung pribadi dan mengabaikan rakyat. Rakyat dalam kondisi terbodoh sekalipun, masih menyimpan kekayaan ancaman gelombang kekuatan yang tak mudah diredakan oleh penguasa. Mungkin, sekaranglah waktunya bagi penguasa untuk berpikir tentang rakyatnya atau digulung rakyatnya.

Tidak ada komentar: